Cerai Tanpa Putusan Pengadilan Agama Dalam Islam dan Hukum Positif

Miftahul Jannah

Abstract


This study examines underhanded divorce, namely divorce that is carried out by someone without going through legal channels or without a divorce process in the Religious Courts. Whereas in the law it is clear that divorce can only be done before the court.
From the description above, problems arise: First, what is the status of divorce without a decision by the Religious Courts. Second, how is the marital status of those who do not have a divorce certificate. Third, how important is the divorce certificate for divorce actors. To solve these problems, a library research method is used where the data are taken from existing books related to the titles that have been taken by the author to find answers to existing problems.
The results of the study indicate that divorce without a court decision is not valid, in accordance with article 39 paragraph 1 of Law no. 1 of 1974 concerning marriage that divorce can only be carried out before a court session after the court concerned has tried and failed to reconcile the two parties. Therefore, people who divorce without a court decision are not valid but are legal according to religion only. Meanwhile, marriage without a divorce certificate is also invalid because the divorce certificate is authentic evidence as well as the marriage certificate. The divorce certificate is proof that the person has completed the divorce. 1 of 1974 that a marriage can be annulled if it does not meet the requirements to marry. So important is the divorce certificate to carry out a marriage, which is no less important, namely to ensure the management of child support rights from husband and wife, Gono Gini assets and marriage.

Abstrak
Penelitian ini mengkaji tentang Perceraian di bawah tangan yaitu perceraian yang dilakukan oleh seseorang dengan tidak melalui jalur hukum atau tanpa proses perceraian di Pengadilan Agama. Padahal dalam Undang- Undang sudah jelas bahwa perceraian itu hanya dapat dilakukan didepan pengadilan.
Dari uraian di atas timbul masalah: Pertama, bagaimana status perceraian tanpa putusan Pengadilan Agama. Kedua, bagaimana status perkawinan yang tidak mempunyai akta cerai.Ketiga,sejauh mana pentingnya akta cerai bagi pelaku perceraian. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, digunakan metode penelitian studi pustaka (Library Risearch) dimana data-data yang diambil dari buku yang ada yang berhubungan dengan judul yang telah ambil oleh penulis untuk mencari jawaban atas masalah yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerai tanpa putusan pengadilan itu tidak sah, sesuai dengan pasal 39 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Orang yang bercerai tanpa putusan pengadilan tidak sah secara hukum positif tapi sah menurut agama saja. Akta cerai merupakan bukti bahwa orang tersebut sudah selesai melakukan perceraian, apabila sudah melakukan perkawinan maka harus dibatalkan sesuai dengan pasal 22 UU No. 1 tahun 1974 bahwa pernikahan dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan karena berkaitan dengan terjaminnya pengurusan hak tunjangan anak dari suami istri harta gono gini dan perkawinan.


Keywords


Divorce Without Court Ruling.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ahmad Sudirman. 2006. Pengantar Pernikahan (Analisa Perbandingan AntarMadzhab). Jakarta: PT. Prima Heza Lestari.

Abdul Aziz, Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2009. Fiqh Munakahat. Jakarta: Sinar Grafika.

Abdul Aziz, Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2009. Fiqih Munakahat. Jakarta: Amzah.

Abdurrahman. 1992. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Akademika Pressindo

Abu Miqdad, Ahmad Azhar. 1997. Pendidikan Seks Bagi Remaja. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Ahmad Saibani, Beni & H. Syamsul Falah. 2011. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Al Hamdani. 2002. Risalah Nikah. Jakarta : Pustaka Amani.

Ali, Zaenuddin. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Kitab al-Fiqih ‘Ala Mazahib al-Arba’ah. Mesir: Dar Irsyad.

Alqur’an. 1999. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

al-Zuhaily, Wahbah. 2006. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr.

Asqalani, Ibnu Hajar. 2011. Penjelasan Kitab Shohih Al Bukhari, Jakarta: Pustaka Azzam.

Ayyub, Syaikh Hasan. 2001. Fikih Keluarga Alih Bahasa M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Bakir, Anton.Metode-metode Filsafat,( Jakarta : Ghalis Indonesia, 1984 ). Nasution,Bahder Johan. Hukum Perdata Islam Kompetensi Peradilan Agama

Balban al-Faris, t.th. ’Alaudin Ali Ibn Sahih Ibn Hibban (Beirut: al-Resalah)

Djubaidah, Neng. 2012. Pencatatan Perkawinan & Perkawinan tidak di Catat. Jakarta: Sinar Grafika.

Echols, Jhon & Hassan Shadily. 1992. Kamus Indonesia Inggris. Jakarta: Gramedia.

Ghazaly, Abd.Rahman. 2003. Fiqh Munakahat. Bogor: Kencana.

Ghozali, Abdul Rahman. 2010. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana Media Group

http:// www.lampungpost.com, tgl akses 16 Maret 2015 Jam: 19.24

Ibn Asa’s as-Sijistani, Abi Daud Sulaiman. 2003. Sunan Abi Daud. Beirut: Dar al- A’lam

Ibn Isa Ibn Suroh, Abi Isa Muhammad. 1999. Sunan at-Tirmidzi. Kairo: Darul Hadits

Ibn Ismail al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad. Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ihya al-Kutub Arabi)

Ibn Yazidal-Qozwini, Abi Abdillah Muhammad. Sunan Ibn Majah (Indonesia: Maktabah Dahlan), Juz I.

Ibnu Rusyd. Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid. Beirut: Dar al-Fikr.

Manan, Abdul. 2006. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Muhammad ‘Uwaidah, Syaikh Kamil. 1998. al-Jami’ fil Fiqhi an-Nisa Alih bahasa M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Nuruddin, Amir dan Akmal tarigan. 2006. “Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan hukum Islam dan Fiqih, UU No. 1/1974 sampai KHI”. Jakarta: Kencana.

Ramulya, Muhammad Idrus. 1990. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta : Bumi Akasara.

Ramulyo, Moh Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis Undang-undang No. 1/1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Rifa’i, Moh. 1996. Fikih Islam Lengkap. Kuala Lumpur, Pustaka Jiwa.

Sabiq, Sayid. 1990. Fiqh Sunnah alih bahasa Moh. Tholib. Bandung: PT al-Maarif.

Subekti. 2003. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: Inter Masa.

Subekti. 2005. Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramita.

Sudarsono. 1994. Kamus Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarsono. 2009. Kanus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Suma, Muhammad Amin. 2004. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syaifuddin, Muhammad & Sri Turatmiyah & Annalisa Yahanan. 2013. Hukum Perceraian, Jakarta: Sinar Grafika.

Syarifuddin, Amir. 2009. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenaga Media Group

Taqiyuddin, Imam. t.th. Kifayat al-Aakhyar fi Hal Ghoyat al-Ikhtiyar. Surabaya: Darul Ihya

Nasution, Bahder Johan. 1997. Hukum Perdata Islam Kompetensi Peradilan Agama tentang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf dan Shodaqoh. Bandung: Mandar Maju.

Tihami & Sohari Sahrani. 2009. Fikih Munakahat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ubaidillah, Agus. 2014. “Studi Komparasi Tentang Talak antara Fiqh, Madzhab Syafi’i dengan KHI”.

Waskito, Purwo. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Grafika Mulia.




DOI: https://doi.org/10.34001/istidal.v8i2.2709

Article Metrics

Abstract view : 1118 times
PDF - 602 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Isti`dal : Jurnal Studi Hukum Islam



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Creative Commons License

Isti'dal: Jurnal Studi Hukum Islam is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats